Semoga Program Hibah ini akan bermanfaat dalam pengembangan kualitas akademik sumber daya manusia jurusan baik dosen maupun mahasiswa Antropologi ke depannya.
Tertanda,
Administrator
Jurusan Antropologi berada di bawah naungan FISIP Unand dan satu-satunya jurusan Antropologi pada perguruan tinggi di Sumatera Barat. Saat ini menyandang akreditasi "A". Jurusan Ini memiliki kedudukan yang strategis dalam menghasilkan ilmuwan sosial dan mampu menjelaskan masalah sosbud dalam pembangunan di Sumatera Barat
di 13.49 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 2 komentar
Yunarti - Sidarta Pujiraharjo - Yulkardi
Prof. Dr. Imran Manan. MA.MA lahir di Padang Ganting 7 Januari 1931, adalah bungsu satu-satunya laki-laki dari 3 orang bersaudara. Sejak kecil telah menunjukkan minat yang kuat untuk belajar yang mendapat dukungan dari ibunda Malat serta ayahanda beliau Abdul Manan yang pada waktu itu seorang Mantri Pertanian di Lambau. Menikah dengan gadis Dra. Fatimah Enar yang dulunya teman kuliah, beliau berdua dikaruniakan 2 orang putra dan 1 orang putri : Drs. Arfi Imran yang kini bekerja diperusahaan Asing Schlumberger di Jakarta, Desy Natalia Imran. PHD dari Universitas di London Inggris bekerja sebagai dosen tetap di ITB Bandung dan putra bungsu beliau Arif Imran kandidat PHD pada University of Kent yang saat ini tengah menyelesaikan pendidikannya di Inggris. Saat ini beliau berdua adalah sepasang kakek dan nenek dari beberapa orang cucu. Sebuah kehidupan yang lengkap.
Memulai pendidikan dasar di kota Batusangkar, Imran muda tabah dan tidak manja walau harus tinggal bersama famili dan berpisah dengan orang tua. Jenjang pendidikan berikutnya dilalui diberbagai tempat dalam rentang waktu panjang sejak 1950-an hingga 1990-an yang membutuhkan stamina dan konsistensi tinggi terhadap semangat untuk terus belajar memahami hal-hal yang baru. Imran muda memulainya dari Sekolah Rakyat di Batu Sangkar ke FKIP – Universitas Andalas hingga University of California di Barkeley, University of Illinois di Urbana hingga Ohio State of University di Benua Amerika. Pencarian itu mengembara jauh ke dalam ceruk-ceruk pemikiran ekonomi, perilaku manusia, perspektif humanity dalam antropologi, yang telah membentuk dan mematangkan karakter dan kadar intelektualitasnya. Dalam lokalitasnya yang paling genuine sebagai seorang Minangkabau, beliau sekaligus tengah menjadi sebuah pribadi universal, menjalin kerjasama dan pemahaman dengan counterpart asing dan terus mengembangkan cakrawala wawasannya tentang keberadaan manusia dan dunia....dipusat-pusat peradaban dunia.
Semua rangkaian kehidupan tidaklah dilalui tanpa halangan; berbagai peristiwa menyertai semua periode pendidikannya:....wafatnya sang Ayahanda pada saat penyelesaian Sekolah Menengah Ekonomi tingkat Atas di Medan, hingga masa-masa sulit kelabu sebagai tentara dimasa pergolakan PRRI diawal pendidikan tinggi ..., berpisah dengan istri dan anak-anak dalam jangka waktu yang tidak singkat secara tekhnis tidak pernah menyurutkan kesukacitaannya dalam belajar, tidak sedikitpun juga pernah meragukan bahwa hasil yang baik hanya dapat lahir dari rahim kerja keras.
Diantara semua masa-masa pendidikan itu, Imran muda mulai mengisinya dengan kerja dan pengabdian sebagai guru honorer, ikut membidani beberapa sekolah lanjutan tingkat atas di Padang dan menyaksikan berdirinya IKIP sebagai institusi pendidikan mandiri. Dikemudian hari, Prof. Imran menjadi bagian penting dari Institusi ini menapak pengabdian dan kerja sebagai asisten dosen, dosen tetap, Pembantu Dekan II, Dekan, Pembantu Rektor I dan II hingga Direktur Pascasarjana IKIP Padang dengan ritme yang konsisten, dedikasi yang penuh dan profesionalitas lugas atas dasar kompetensi yang dimiliki....., kesemuanya itu bukanlah jenjang karir yang direncanakan, tak pernah merasa harus mendiktekan keadaan, yang beliau lakukan adalah mencurahkan perhatian atas setiap tahapan amanah, menyelesaikan setiap kerja sebaik yang bisa dilakukan dan setelah itu membiarkan hidup mengalir ...... panta rei. Beliau melakoni itu semua sembari terus menulis, meneliti dan berbicara diberbagai seminar lokal, regional, nasional dan Internasional sejak tahun 62 hingga masa purna bhakti beliau tiba.
Tahun 1984, adalah moment penting saat beliau secara resmi diminta ikut bergabung mengelola jurusan sosiologi dengan program studi antropologi yang saat itu masih bernaung di Fakultas Sastra. Banyak memori yang masih diingat oleh mantan murid dan kolega-kolega beliau; performa beliau yang sederhana, casual dengan kemeja lengan pendek, celana pantalon, sepatu sandal, kaca mata berbingkai tebal dengan rokok yang hampir selalu ada ditangan….figur yang terkesan hati-hati dan sedikit dalam berbicara karena bagi beliau bicara adalah apa yang dikerjakan. Semua hal yang tampak luar itu mengiringi etos kerja, disiplin waktu dan antusiasme yang ditunjukkan dalam mengasuh jurusan ini. Meski secara formal struktural beliau mengakhiri pengabdian di jurusan ini tahun 1998, namun spirit dan kepedulian beliau terhadap institusi ini tidaklah susut. Dari kejauhan beliau diam-diam tetap menyaksikan, memastikan bahwa si-anak asuh Antropologi Fisip Universitas Andalas meski tertatih, telah mencoba berjalan mantap diatas kaki mudanya yang masih goyah....
Prof. Imran Manan sangat menyadari, masih banyak kerja yang tersisa..., masih ada gagasan yang tertinggal belum selesai....., menyaksikan masih banyak kegagalan kita dalam memahami realitas sosial yang berujung pada kegagalan dalam membuat kebijakan. Meskipun peristiwa-peristiwa yang membesarkan hati dan menciutkan nyali terus berganti mengisi panggung kehidupan bermasyarakat, beliau meyakinkan akan adanya harapan akan munculnya intelektual muda bernas yang mekar berakar dari bumi dimana dia disemai-tumbuhkan....,yang akan mengejawantah-ulang gagasan tentang “ alam yang takambang jadikan guru”...sebuah semangat yang peka pada perubahan zaman tanpa tercerabut dari akarnya....memaknai kembali romantisme kearifan masa lalu yang dihadirkan dengan re-interpretasi kekinian....sebuah idealisme yang menurut beliau akan menahan kita dari tergelincir jatuh dalam arus pragmatisme keliru yang dangkal dan sesaat.
Menyambut masa purna bhaktinya yang telah tiba, Prof. Imran Manan merasa lega dan lapang.....bukan kelapangan yang berpuas diri tapi kelapangan yang mengalir dari rasa penuh dan pasti bahwa semua kemampuan telah diupayakan, semua daya telah diberikan...hutang dan kewajiban telah ditunaikan......sembari menyadari KESEMPURNAAN HANYALAH MILIK SANG KHALIK.
….SELAMAT JALAN PAK IM,…..
Komunitas Antropologi
FISIP – Universitas Andalas
di 11.23 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Assalamualaikum Wr. Wb
Innalillaahi wainnalillaahi rajiun.
Pimpinan Jurusan dan Seluruh Dosen Antropologi turut berdukacita atas berpulangnya ke rahmatullah Bapak
Prof. Dr. Imran Manan, M.A, M.A
Semoga almarhum diterima di sisi ALLAH dan ditempatkan di tempat yang sebaik2nya.
Mudah-mudahan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan. Amin!
Wassalam, Wr. Wb
Pimpinan Jurusan dan Dosen Antropologi
di 11.03 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 10.40 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
di 21.01 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Wahai Tamu Ramadhan......
Untukmu rahmat dan Maghfirah.....
Air mata Taubat..........
Dendangkan Tadarus,
Berselimutkan tarawih dan berbantalkan tahajud
Semoga kita mewarisi Jannahnya Allah.................
Jadikan bulan suci Ramadhan ini yang terbaik
karena kita tidak pasti apakah ada lagi Ramadhan-Ramadhan yang lain untuk kita nanti.....
SELAMAT BERPUASA DAN SHOLAT TARAWIH
BAGI PIMPINAN JURUSAN ANTROPOLOGI BESERTA STAF PENGAJAR
KHUSUSNYA JUGA MAHASISWA ANTROPOLOGI..........
Semoga amal ibadah puasa kita diterima olehNya...Amin!!
Tertanda,
Pimpinan Jurusan Antropologi
FISIP Universitas Andalas, Padang
di 11.42 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
Memutuskan untuk kuliah di Universitas Andalas terutama FISIP berarti Anda sudah siap menghadapi berbagai resiko atau tantangan. Yang pasti, suasana dalam menghadapi perkuliahan, secara umum, berbeda sekali daripada suasana belajar di sekolah menengah. Yang pertama membutuhkan kemampuan mengembangkan inisiatif sendiri (internally driven) dalam merencanakan dan menangani permasalahan yang muncul, sementara yang kedua tidak selalu seperti itu. Di sekolah menengah, dominasi aktifitas siswa di kelas masih banyak dalam bentuk menyimak materi yang disampaikan guru. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk kuliah serta langkah dan persiapan yang perlu ditempuh mahasiswa baru untuk memulai kuliah di Universitas Andalas terutama FISIP sehingga mampu belajar (kegiatan akademis) secara efektif, tanpa mengabaikan keikutsertaan dalam kegiatan kemahasiswaan.
Segala hal yang berkaitan dengan berbagai persiapan sebagai seorang mahasiswa adalah persiapan secara pribadi, akademis, dan ekstra kurikuler. Pada saat memasuki kehidupan kampus, umumnya Anda harus membiasakan diri untuk hidup jauh dari anggota keluarga dan sanak saudara; terpaksa hidup sendirian. Bapak dan Ibu, yang mengingatkan kealpaan dan memenuhi keinginan Anda serta adik, kakak, dan kawan-kawan yang dijadikan sebagai teman bercanda ria selama ini, tidak mungkin lagi akan mewarnai keseharian dan keceriaan Anda. Paling-paling hal yang demikian hanya akan Anda dapati sekali dalam sebulan atau ketika Anda pulang ke rumah/kampung halaman untuk menjemput bekal atau berlibur.
Anda harus bergaul dengan seluruh lapisan masyarakat di lingkungan tempat tinggal Anda dengan baik atau yang dipepatahkan dengan hidup “bapandai-pandai”. Jika Anda kebetulan menderita sakit, yang pertama kali mengetahui keadaan Anda tentu saja tetangga. Bahkan, pada saat Anda berada dalam kesulitan keuangan pun, sebagai tetangga yang sudah sangat kenal dengan Anda, mereka tidak akan segan-segan untuk meringankan kesulitan yang Anda hadapi. Pengertian induk semang harus diperluas sehingga meliputi pimpinan universitas dan fakultas serta para karyawan, terutama penasihat akademik/ dosen dan penanggung jawab jurusan di Universitas Andalas terutama FISIP. Baik penasihat akademik/dosen maupun ketua/sekretaris jurusan, sebenarnya disiapkan bagi melayani berbagai keperluan dan menangani persoalan Anda dalam studi dan hidup sehari-hari. Mereka, seharusnya, menjadi orang tua/wali Anda yang kedua selain orang tua dan sanak saudara sendiri. Ingatlah, Anda perlu bertanya dan berdiskusi secara intensif dengan induk semang yang telah diperluas maknanya ini. Hal ini penting diikuti calon mahasiswa karena banyak pula penasihat akademik/dosen dan ketua/sekretaris jurusan yang, sebagai manusia biasa, lupa dengan atau sengaja melupakan tugasnya.
Disamping itu, hal yang menjadi perhatian adalah peranan dari orangtua yang sekuat tenaga dan daya upaya, misalnya, mencarikan dana untuk membayar biaya pendidikan tinggi bagi anak-anak mereka. Singkatnya, orangtua menginginkan anak-anaknya melanjutkan pendidikan ke universitas agar dapat menjadi orang yang pintar, berilmu, tergolong dalam kalangan intelektual, dan memperoleh/membuka lapangan pekerjaan sendiri. Universitas memberikan gelar yang sesuai bidang studi tertentu kepada para lulusannya. Gelar tersebutlah yang mendatangkan gengsi dan prestasi tersendiri karena pemerolehan gelar itu memungkinkan pemiliknya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Artinya, pemilik gelar sarjana akan cenderung memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mendapat pekerjaan dan hidup yang layak dibandingkan mereka yang tidak memilikinya.
Oleh karena itu, urgensi keharusan generasi mengikuti perkuliahan adalah agar mereka mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak setelah memperoleh gelar kesarjanaan. Walaupun demikian, pada sisi lain kita masih dipusingkan oleh satu persoalan klasik bahwa sebagian dari para sarjana masih tidak dapat perkerjaan atau menganggur dalam berbagai bidang sampai saat ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya mutu sebagian besar lulusan universitas, yang ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya indek prestasi dan kemampuan dasar yang dibutuhkan di lapangan. Sementara itu, survai membuktikan belum tercapainya keseimbangan antara jumlah sarjana yang dihasilkan universitas dan lapangan kerja yang dapat menampung mereka. Jadi, yang menganggur itu, di antaranya, adalah mereka yang kalah bersaing pada saat berkompetisi untuk mendapatkan tempat berkerja yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan sarjana pelamar yang mendaftar. Walaupun tidak dipungkiri bahwa, secara umum, peranan universitas dalam upaya menyejahterakan masyarakat sangat besar, aspek relevansi di universitas perlu terus dikembangkan.
Pemenuhan aspek ini secara baik berkaitan erat dengan membaiknya mutu lulusan, yang tidak saja memperbesar kemungkinan keterpakaian lulusan oleh stakeholders tetapi juga membuat para lulusan mampu berkreasi dalam membuka lapangan kerja secara mandiri. Akan tetapi, yang luput dari perhatian kita, antara lain, adalah kekurangan informasi yang diterima generasi kita. Mereka jarang memperoleh informasi yang benar dan akurat tentang universitas yang akan dimasuki sesuai dengan keinginan dan potensi diri yang dimiliki.
di 08.55 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
di 09.56 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 11.12 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 10.18 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Nah, lho : Bisa, kan?
Ada banyak orang berpikir, namun tidak banyak yang mampu dan sempat menuliskannya. Kadang dalam bicara dan berdiskusi, apa saja bisa mengalir deras dari mulut kita. Bahkan tak jarang kita kekurangan waktu untuk meneruskannya. Sehingga orang cenderung senang beretorika daripada berteori atau menyampaikan sesuatu dalam tulisan.
Ketika akan menulis sering kita berpikir dari mana harus memulainya. Namun ketika bicara atau pembicaraan yang sering kita lakukan, bisa mengalir begitu saja tanpa harus ada mukadimah. Nah, bagaimana cara menuliskan setiap apa yang kita pikir dan bicarakan? Tulis saja, begitu praktisi penulisan menyuruhnya. Menulis ya menulis, jangan takut untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran untuk menjadikannya sebuah tulisan. Terlepas dari hasil baik buruknya, yang penting tulis!
Kualitas tulisan bukan ditentukan dari siapa yang menulis, namun dari proses apa dan bagaimana dia menulisnya. Hasil terbaik, biarlah pembaca yang menilainya. Baik buruk pun, serahkan pada mereka. Tugas penulis hanyalah menulis dan menuangkan apa yang dipikirkan dalam bentuk sajian tulisan, bagaimana pun modelnya.
Ada berbagai cara orang menuangkan ide, pikiran dan imajinasinya dalam bentuk tulisan. Baik dalam penulisan fiksi atau non fiksi, semua bisa dilakukan. Tergantung pada bagaimana dia meramu dan menjadikannya sebuah sajian yang enak di baca. Paling tidak, untuk dirinya sendiri. Kemampuan menulis dan meramunya menjadi sebuah alat yang efektif untuk mempengaruhi orang tentu membutuhkan jam terbang yang tidak sedikit.
Tuliskan apa yang anda pikirkan, jangan pikirkan apa yang akan anda tuliskan- demikian sebagian penulis memotivasi para pemula. Biarkan mata pikir dan mata baca anda yang menentukan tata bahasa dan estetikanya. Jadikan, karya tulis anda sebagai alat penyampai mata pikir dan mata hati anda. Layaknya sebuah diary atau catatan harian. Modelnya terserah anda. Mau puitis seperti Kahlil Gibran, mau provokatif seperti Widji Tukul, atau mau seperti Tan Malaka yang inspiratif. Silahkan!
Boleh, boleh saja anda menggunakan dan mengutip tulisan termasuk pikiran orang lain untuk memancing imajinasi dan inspirasi penulisan anda. Namun, ada baiknya tetap yang anda tulis adalah buah pikiran anda, dong. Saya termasuk orang yang mudah terpengaruh dan terpancing dalam mendengar dan melihat 'kehebatan' orang. Namun, sangat sombong dan angkuh untuk mengutip tulisan orang. Walau kadang saya berpikir pasti akan ada kemiripan yang akan terpampang dalam setiap tulisan saya. Toh, pada dasarnya apa yang menjadi ide dan pikiran manusia menurut saya mirip semua. Hanya cara dan kemampuan serta kesempatan menyampaikannya saja yang berbeda-beda. Begitu cara saya, memaafkan kepemulaan saya. Sombong dikit, gak apa lah....
Nah, tunggu apa lagi....
Jakarta, 27 Mei 2008
di 09.48 Diposting oleh moneng 0 komentar
di 16.53 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Bagi lulusan Antropologi dan Ilmu Sosial lainnya, diinformasikan bahwa ada lowongan kerja di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta. Untuk info selanjutnya, bisa menghubungi Nanang Farid Syam di http://moneng.multiply.com/selaku alumni antropologi yang telah lama bekerja di lembaga tersebut. Selain itu, informasi keseluruhan dari lowongan kerja KPK ini dapat diklik di http://www.ppm-rekrutmen.com/
di 11.09 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 14.36 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 17.25 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 14.16 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Padang Kompas - Sekitar 60 persen nelayan di Bungus, Kota Padang, adalah nelayan buruh. Kesejahteraan mereka masih sangat minim karena hasil tangkapannya harus dibagi dan dijual ke pengumpul atau nelayan pemilik kapal.
Antropolog maritim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Lucky Zamzami, Kamis (8/11), mengatakan, hasil penelitiannya tahun 2007 di Bungus mencerminkan kondisi nelayan di sepanjang pantai barat Sumatera Barat.
Bungus terletak di selatan Kota Padang. Daerah ini termasuk salah satu sentra nelayan dan perikanan. Namun, dari 750 nelayan yang dijadikan sampel dalam penelitiannya itu, sejumlah 450 di antaranya adalah nelayan buruh.
"Nelayan buruh ini mempunyai perahu sendiri, tetapi perahu itu masih tradisional. Biasanya mereka bekerja di kapal nelayan pemilik. Ukuran kapal lebih besar dan dibutuhkan beberapa tenaga nelayan buruh untuk bekerja di situ," ucap Lucky.
Dia menambahkan, ikan yang diperoleh kemudian dijual kepada pedagang atau tauke. Tauke akan menyortir ikan yang akan diambil. Ikan yang tidak laku dipasarkan biasanya dikembalikan ke nelayan buruh ini.
Uang dari penjualan ikan lalu dipotong dengan biaya operasional penangkapan ikan, yang biasanya dipinjami tauke. Setelah itu, hasil yang diperoleh dibagi dua antara pemilik dan buruh. Bagian untuk buruh dibagi rata untuk semua nelayan yang ikut.
"Dari hasil 1-10 juta dari ikan yang diperoleh, nelayan buruh hanya mendapatkan Rp 30.000- 50.000. Ini yang membuat nelayan buruh sulit mengubah nasib. Belum lagi bila cuaca buruk sehingga mereka tidak bisa melaut," katanya.
Oleh karena itu, menurut Lucky, mendesak untuk memberikan pekerjaan sampingan kepada nelayan buruh. Alternatif pekerjaan antara lain tambak udang. Sayangnya, nelayan buruh tidak diberi pelatihan untuk mengurus tambak udang itu. Akibatnya, tambak udang tidak berhasil.
di 15.31 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
Sumber:
www.dikti.go.id
di 15.24 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 10.29 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
di 12.29 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH
lulusan Antropologi?
ANTROPOLOG, KAH lulusan
Antropologi?
ANTROPOLOG
, KAH
lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan
AntropologANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?
di 15.57 Diposting oleh moneng 0 komentar