Situs ini diterbitkan dengan tujuan mengkomunikasikan keberadaan Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas, sekaligus memberikan informasi-informasi terbaru (up to date) kepada para mahasiswa dan alumni. Situs ini menerima sumbangan informasi mengenai lowongan kerja bagi para lulusan Antropologi dari para alumni yang telah bekerja di berbagai instansi/lembaga dan berupa kritik/saran demi perbaikan situs ini. Semua informasi diharapkan dapat ditulis di ruang diskusi dan atau diemailkan di Jurnal_laborantrop@yahoo.co.id.

Selasa, 28 Agustus 2007

Laboratorium Antropologi


Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas memiliki 1 (satu) laboratorium yang berdiri pada tanggal 13 Januari tahun 1998 yang berada di bawah naungan jurusan. Sebagai ketua Laboratorium pertama kali adalah Bambang Rudito dan disahkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik setelah Laboratorium ini didirikan sementara jurusan lain seperti Sosiologi dan Politik belum membangun sebuah laboratoriumpun. Laboratorium Antropologi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik pengajar maupun mahasiswa. Pengajar Antropologi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, peningkatan kegiatan di bidang penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat, tetapi diharapkan juga memiliki pola pikir dan mampu memahami fenomena sosial yang berkembang dengan cepat.
Pada awalnya pendirian laboratorium Antropologi ini bernama Laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Bambang Rudito sebagai pendiri dari laboratorium Antropologi tersebut dengan usahanya yang mengumpulkan benda-benda etnografi dari sukubangsa Mentawai dan juga mengumpulkan buku-buku dengan cara mengunjungi lembaga-lembaga penelitian seperti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Laboratorium Antropologi Universitas Indonesia dan juga perpustakaan nasional serta dari departemen-departemen seperti Departemen Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu buku-buku tersebut juga diperoleh dari hasil para peneliti baik asing maupun dalam negeri yang melakukan penelitian di propinsi Sumatera Barat dan juga kelembagaan asing.
Selain itu Laboratorium juga dilengkapi dengan hasil-hasil penelitian mahasiswa dalam kuliah folklore di daerah Sumatera Barat yang dilakukan pada satu semester berjalan. Sehingga mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tersebut dapat melihat hasil-hasil dari rekannya yang telah dikumpulkan, dan mereka terpacu untuk membuat secara lebih baik lagi dari hasil sebelumnya.
Dalam pengembangan laboratorium Antropologi ini Bambang Rudito dibantu oleh pengajar lain seperti Sidarta Pujiraharjo, Maskota Delfi dan Zainal Arifin. Kesemuanya bekerja untuk menciptakan hal yang masih baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pekerjaan para pengajar ini dalam membangun dan mengembangkan laboratorium Antropologi ini kemudian mendapatkan hasil yang positif dengan secara rutinnya mahasiswa mengunjungi laboratorium Antropologi untuk berdiskusi dan juga membaca beberapa buku yang pada dasarnya mulai dikelola oleh para mahasiswa sendiri dalam proses pinjam meminjam buku.
Waktu demi waktu laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ ini mulai memperlihatkan hasilnya dengan beberapa kedatangan para pengajar dari fakultas lain dan bahkan dari lembaga Swadaya Masyarakat di daerah-daerah dan sebagai bantuan dari LSM tersebut, adalah memberikan kopian hasil-hasil penelitian LSM tersebut untuk digunakan sebagai bahan bacaan di Laboratorium Antropologi.
Bahkan laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ini pernah memberikan bantuan berupa perizinan dan tenaga peneliti dalam hal ini Maskota Delfi, S.Sos untuk ikut penelitian ekspedisi Mentawai yang dilakukan oleh Universitas Paris 7 dari Perancis dengan membawa kapal Perancis masuk ke perairan Mentawai. Berkaitan dengan peneliti asing selain dari kerjasama dengan Universitas Paris 7, laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ juga melakukan kerjasama dengan Unesco dalam penelitian kearifan lokalbagi perempuan Mentawai dalam konservasi alam, memberikan bantuan perizinan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bagi peneliti Jepang Ito Munemichi untuk melakukan penelitian disertasi di masyarakat Mentawai.
Laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ ketika itu juga telah menerbitkan jurnal sebagai jurnal enam bulanan yang walaupun tidak didukung oleh Fakultas tetap melaksanakan kewajibannya untuk terbit sesuai dengan waktunya, biaya ketika itu diperoleh dari dana penelitian pengajar seperti dana dari Zainal Arifin, Maskota Delfi, Sidarta Pujiraharjo dan Bambang Rudito dan juga dari seorang pengusaha kendaraan bermotor merek ‘Suzuki’ saudara Wiyogo Salim untuk penerbitannya.
Pembuatan jurnal dilakukan oleh Zainal Arifin beserta dengan Maskota Delfi dan Sidarta Pujiraharjo. Sedangkan urusan pencetakan jurnal diserahkan kepada percetakan di kota Padang. Walaupun jumlah eksemplarnya masih sekitar 100 eksemplar, tetapi jurnal ini cukup memberikan arti kewibawaan sebagai sebuah jurusan yang sudah mandiri.
Selain itu juga Laboratorium Antropologi telah menerbitkan buku berjudul ‘Masyarakat dan Kebudayaan Sukubangsa Mentawai’ karangan Bambang Rudito yang terbit pada tahun 2000 dan buku ‘Laboratorium Antropologi Mentawai’ karangan Sabar seorang sejarawan dari jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas. Beberapa kegiatan lainnya juga dilaksanakan di laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ ini, seperti adanya upacara adat Mentawai yang dilaksanakan di Laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ untuk mengesahkan laboratorium ini dan dalam kegiatan ini sumbangan diberikan oleh salah seorang alumni Antropologi yng bekerja sebagai pemilik toko cinderamata Sartika di kota Padang yang bernama Drs. Zulkifli. Beberapa diskusi ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa dan juga beberapa alumni mahasiswa Antropologi yang telah bekerja di lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga menyemarakkan kegiatan dari Laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ ini.
Kegiatan diskusi oleh mahasiswa dilakukan oleh seorang mahasiswa yang melakukan penelitian di masyarakat Mentawai dan juga penelitian mahasiswa di masyarakat Talang Mamak atas biaya dari Laboratorium Antropologi ‘Mentawai’. Kemudian ceritera tentang pengalaman bekerja sebagai lulusan antropologi dilakukan oleh Drs. Adam yang dengan pengalamannya bekerja di beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, kemudian saudara Imam Suyudi, S.Sos dan saudara Eko S.Sos dari World Wild Fund yang berlokasi di propinsi Bengkulu. Semua kegiatan ini dilakukan dan diselenggarakan oleh Laboratorium Antropologi pada tahun 1999.
Sesuai perkembangannya, laboratorium Antropologi ini juga menginisiasi pembuatan buletin yang dikelola oleh mahasiswa Antropologi dengan judul Antro Aktif yang terbit secara bulanan. Kegiatan antara mahasiswa dan juga pengajar ini dalam penulisan ilmiah dalam bentuk jurnal dan buletin memberikan nuansa yang baik dalam hubungan antara mahasiswa dan pengajar.
Kegiatan lainnya dari adanya laboratorium Antropologi ini adalah bekerja sama dengan museum propinsi Sumatera Barat ‘Adityawarman’ dengan cara melakukan pengkajian atau workshop mengenai masyarakat Mentawai dan juga pameran dengan meminjamkan barang-barang milik laboratorium Antropologi untuk dipamerkan di museum. Barang-barang tersebut tersimpan di museum ‘Adityawarman’ sampai sekarang. Hal ini dikarenakan di museum akan mendapatkan perawatan yang baik, sementara bila diletakkan di ruang laboratorium Antropologi, dikawatirkan akan rusak karena barang-barang tersebut sebagian besar terbuat dari kayu dan mudah lapuk.
Kegiatan lainnya dari laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ ketika belum berubah nama menjadi Laboratorium Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas adalah melakukan kerjasama dengan laboratorium Biologi dalam hal ini Botani dari jurusan Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pasti. Dalam kerjasama tersebut diharapkan mahasiswa antropologi dapat belajar untuk mengawetkan benda-benda biologi seperti daun-daun, dan mahasiswa biologi dapat belajar tentang cara pendekatan kepada masyarakat untuk meneliti tentang kearifan lokal berkenaan dengan pengobatan tradisional beserta dengan deskripsi tentang penggunaannya. Kerjasama pertama adalah menginventarisasi daun-daun di Masyarakat Mentawai yang digunakan untuk upacara dan pengobatan. Dalam pengembangan dua laboratorium tersebut juga diusahakan untuk mengembangkan laboratorium bersama yang dinamakan etnobotani yang sampai sekarang belum terbentuk.
Kerjasama tersebut dilakukan pada dasarnya dimulai secara informal antara Drs. Bambang rudito, Msi sebagai kepala laboratorium Antropologi ‘Mentawai’ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik dengan Drs. Rusdi kepala laboratorium Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam serta diketahui oleh Prof. Dr. Marlis Rahman, MSc. yang ketika itu menjabat sebagai rektor Universitas Andalas. Kerjasama ini sudah dimulai dengan pelatihan mahasiswa Antropologi untuk cara-cara pengumpulan daun-daun yang kemudian ditindak lanjuti dengan pergi ke Mentawai dalam rangka mengumpulkan daun-daun serta mendeskripsikan daun-daun secara sukubangsa dan kegunaan daun-daun dalam masyarakat Mentawai. Hasilnya kemudian diserahkan ke laboratorum Biologi untuk diketahui kandungan dari daun-daun tersebut dan diinventarisasi sekaligus fungsi dari daun-daun tersebut oleh masyarakat Mentawai.

Saat ini Laboratorium antropologi dikepalai oleh Lucky Zamzami, S.Sos untuk periode 2006-2009.

1 komentar:

Manggala Music Men mengatakan...

http://www.uad.ac.id
http://www.uad.ac.id


akan lebih baik lagi jika laboratorium antropologi semakin dikembangkan.
:D