Situs ini diterbitkan dengan tujuan mengkomunikasikan keberadaan Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas, sekaligus memberikan informasi-informasi terbaru (up to date) kepada para mahasiswa dan alumni. Situs ini menerima sumbangan informasi mengenai lowongan kerja bagi para lulusan Antropologi dari para alumni yang telah bekerja di berbagai instansi/lembaga dan berupa kritik/saran demi perbaikan situs ini. Semua informasi diharapkan dapat ditulis di ruang diskusi dan atau diemailkan di Jurnal_laborantrop@yahoo.co.id.

Senin, 27 Agustus 2007

Profil Jurusan Antropologi FISIP Unand

Jurusan antropologi merupakan sebuah komuniti sekaligus juga sebagai Antropologi yang mempunyai jatidiri tersendiri yang didasari pada budaya yang telah melekat di dalam aturan yang berkembang di jurusan antropologi itu sendiri. Sebagai sebuah komuniti, jurusan antropologi mempunyai pranata-pranata sosial yang mengatur anggota-anggotanya dalam bertindak dan bertingkah laku dalam berhubungan sosial antar sesamanya dan antar komuniti yang berbeda. Pranata-pranata sosial yang bersangkutan seperti pranata kesehatan, pranata politik, pranata pendidikan, dst. Yang masing-masing komuniti akan mempunyai perbedaan dalam pengaturannya. Ciri atau jatidiri dari anggota komuniti antropologi akan tampak jelas dalam bentuknya ketika berinteraksi dengan orang lain dari komuniti yang berbeda, begitu juga dengan benda-benda sebagai hasil budaya dari komuniti antropologi yang bersangkutan seperti pengetahuan tentang penataan ruang, hasil yang diwujudkan dan juga model aturan yang ada.

Kebudayaan jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas seperti halnya kebudayaan sukubangsa akan mempunyai cara pandang, pemahaman dan penginterpretasian terhadap lingkungan hidup yang spesifik sesuai dengan komuniti dari jurusan Antropologi itu sendiri. Sehingga dengan demikian akan tampak suatu perbedaan antar masing-masing jurusan Antropologi di masing-masing Universitas di Indonesia walaupun benda-benda sebagai hasil budayanya memperlihatkan benda-benda yang sama, seperti halnya dengan semua pusat perbelanjaan akan menjajakan barang yang sama, akan tetapi cara pengaturan letak, pengorganisasian dan pengelolaannya akan berbeda satu sama lain.

Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas merupakan sebuah komuniti dengan budayanya yang khas yang dapat diidentifikasi sebagai nilai, aturan, norma dan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dan aspirasi dari anggota komuniti. Nilai, aturan, norma dan pengetahuan tersebut melindungi kebutuhan para anggotanya dengan wujud pranata sosial yang ada dalam korporasi yang bersangkutan, budaya yang ada yang termanivestasikan dalam bentuk aturan, nilai, norma dan pengetahuan tersebut menyediakan para anggotanya dengan identitas atau jatidiri yang selalu berkelanjutan, dan mempunyai pola yang menggambarkan ciri dari jurusan Antropologi yang bersangkutan.

Seperti halnya kebudayaan sukubangsa, kebudayaan jurusan Antropologipun mempunyai inti budaya yang didalamnya terdapat pembagian-pembagian pandangan hidup dan keyakinan yang diselimuti oleh etos (sistem etika) yang dalam hal ini etika bisnis tertentu yang kesemuanya menjadi nilai budaya dari Antropologi yang bersangkutan. Sehingga bentuk atau wujud budaya tersebut tercermin dari tindakan warga Antropologi (komuniti) yang bersangkutan.
Tulisan ini pada dasarnya ditujukan untuk kita semua dalam melihat perkembangan jurusan antropologi beserta ilmu antropologinya di daerah Sumatera Barat umumnya dan di kota Padang khususnya. Banyak sudah rekan-rekan yang dihasilkan dari jurusan antropologi ini, dan juga banyak sudah rekan-rekan yang nyata-nyata berperan di propinsi Sumatera Barat dengan menyandang gelar sarjana antropologi yang diperolehnya dari jurusan ini, dan sudah banyak juga beberapa program pemerintah daerah Sumatera Barat yang berjalan dengan keterlibatan ilmu Antropologi.

Peran-peran ini pada dasarnya tidaklah kecil dalam keterlibatannya di arena pembangunan propinsi Sumatera Barat, seperti di daerah perkotaan, khususnya kota Padang dengan pembangunan jalan bebas hambatan (by pass) dengan keterlibatan ilmu antropologi di sektor sosial dari Analisa mengenai Dampak Lingkungan pada tahun 1991, pembangunan pelabuhan sungai Pariaman (1991), pembangunan kembali pelabuhan Teluk Bayur dan Muara beserta dengan jalan dan jembatan Siti Nurbaya, pembangunan pertambangan batubara di Kiliranjau. Juga pembangunan pasar modern di kota Padang (Plaza Andalas), dan juga bentuk-bentuk pembangunan lainnya di kota Padang.

Semua peran-peran para antropolog ini tidaklah dapat dianggap remeh dan dapat dilupakan begitu saja, karen memang masalah sosial budaya merupakan masalah yang wajib diutamakan dalam perkembangan pembangunan fisik tanpa mengecilkan peranan ilmu lainnya. Mulai sejak itulah pemerintah daerah maupun sektor swasta tidak dapat meninggalkan peran-peran dari ilmuwan sosial budaya khususnya antropologi dalam penyertaannya di kancah pembangunan daerah Sumatera Barat.

Seiring dengan perkembangan yang pesat ilmu antropologi dan juga perkembangan dari jurusan antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tentunya tidak lepas dari peran para pendahulu dari jurusan antropologi ini yang dengan keterlibatannya secara penuh serta sukarela berusaha membangun dari yang tiada menjadi ada. Tanpa bantuan mereka, tidaklah mungkin jurusan ini dapat berkembang dan membangun diri di arena keilmuwan yang semakin rumit dan interdisipliner.

1. BERDIRINYA PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI

Jurusan Antropologi dalam perkembangan sejarahnya tidaklah akan lepas dari perkembangan sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang. Fakultas Sastra dibuka pertama kali pada tanggal 8 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1982 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0538/0/1983. Jurusan Antropologi ini pada awalnya hanyalah berupa program studi yang berada pada jurusan Sosiologi.

Profesor Dr. Koentjaraningrat (almarhum) sebagai Antropolog Indonesia merupakan salah seorang pencetus untuk berdirinya jurusan Antropologi di Universitas Andalas, dan oleh karena itu beliau mengirim seorang Antropolog dari Universitas Gadjahmada yaitu ibu Dra. Dewi Hartanti serta dari Universitas Andalas sendiri ibu Hendrawati Sarjana Hukum untuk ditempatkan di program studi Antropologi guna melaksanakan sistem belajar mengajar di Antropologi. Sebagai pimpinan untuk program studi ini ditunjuk Dr. Imran Manan, MA, MA seorang Antropolog lulusan Universitas Illinois USA yang bekerja sebagai staf pengajar IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) pada tahun 1985. Perjalanan Antropologi di Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang dimulai dari tahun 1982 dengan diperkenalkannya Antropologi sebagai sebuah program studi di jurusan Sosiologi Fakultas Sastra Universitas Andalas. Sejak tahun 1983 mulai ada mahasiswa yang berminat untuk masuk dalam program studi ini yang pada dasarnya pindahan dari jurusan Sosiologi.

Pada dasarnya berdirinya Fakultas Sastra sudah dirintis sejak diselenggarakannya seminar hokum waris dan harta pusaka pada bulan Juli 1968. pada seminar tersebut lahir sebuah lembaga yang bernama Center for Minangkabau Studies (CMS) dengan Dr. mochtar Naim sebagai direkturnya. Dari adanya CMS tersebut mulailah diadakan kerjasama-kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait. Pada tahun 1969 bulan Juli diadakan seminar “Sejarah Masuknya islam ke Minangkabau” kemudian ditambah dengan diadakannya “Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau’ di Batusangkar bulan Agustus 1970 (Sabar, 2000: hal.15). Sejak adanya seminar di Batusangkar tersebut, mulai tercetus untuk dibuat sebuah fakultas sastra di lingkungan Universitas Andalas.

Sejak tahun-tahun 1970 an sampai 1980 diadakanlah pertemuan-pertemuan yang diarahkan bagi pembentukkan fakultas Sastra yang pertemuan-pertemuan tersebut terdiri dari Dr. Mochtar Naim, Drs. Amir Hakim Usman (sekarang Prof. Dr.), Drs. Sarwono Kertodipuro, Drs. Edwar, Drs. Syofyan Thalib, SH (sekarang Doktor), Drs. Tamsin Medan (sekarang Almarhum). Kemudian pada tahun 1980 dikeluarkan SK pembentukkan Fakultas Sastra Universitas Andalas.

Staf pengajar yang ada pada program studi mulailah dilengkapi dan pada awal berdirinya program studi ini, staf pengajar yang berperan ini sangatlah beraneka ragam latar belakang keilmuwannya, yang terdiri dari ilmu sosiologi seperti Dr. Mochtar Naim, Bapak AA Navis (almarhum), Drs. Surya Helmi yang berlatar belakang ilmu Arkeologi dan bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Drs. Yardhi berlatar belakang ilmu Antropologi dan bekerja di Departemen Pariwisata dan Telekomunikasi ketika itu. Amir Benson, Dr. Bustari Mochtar dari IKIP Padang, Datuk Indomo SH dari Fakultas Hukum, dr. Setia Budi dari kedokteran Universitas Andalas, dua orang sarjana Antropologi dari Belanda Drs. Yoke van Renen dan Drs. Flud van Given yang dating pada tahun 1986, kemudian beberapa pengajar yang merupakan pengajar dari sastra Indonesia ibu Dra. Adriyeti Amir dan sastra Inggris Drs. Gunawan MA, Drs. Sarwono Kertodipuro, MA, Drs. Fatchurrahman dari Filsafat Universitas Gadjahmada, Drs. Bustanudin Agus, Dra. Arundati Shinta dari psikologi Universitas Gadjahmada. Sebagai ketua jurusan Sosiologi-Antropologi dipegang oleh Dr. Mochtar Naim, dengan sekretaris program adalah ibu Dewi Hartanti di program Antropologi. Sedangkan dekan Fakultas Satra Universitas Andalas dipegang oleh Drs. Amir Hakim Usman sebagai Dekan Pertama Fakultas Sastra yang kemudian pada tahun 1986 digantikan oleh Dr. Khaidir Anwar (almarhum).

Pengerjaan pembuatan kurikulum jurusan Sosiologi-Antropologi dibebankan kepada Drs. Fatchurrahman (sekarang almarhum) dan Drs. Bustanuddin Agus (sekarang Prof. Dr.). Pada tahun 1982 melalui SK Presiden No. 39 / tahun 1982, berdirilah Fakultas Sastra Universitas Andalas, dan pada tahun 1983 dengan Sk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0538/0/1983 Fakultas Sastra memiliki 4 jurusan yaitu: Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sejarah dan Sosiologi serta program studi Antropologi. Pada tahun 1985 Dr. Imran Manan menjadi ketua program studi Antropologi dengan Hendrawati SH sebagai sekretaris program.

Kesemuanya bekerja sebagai staf pengajar di sebuah kompleks gedung Fakultas Sastra Universitas yang pada dasarnya adalah bekas gedung kamar mayat dari Rumah Sakit M.Jamil. Kompleks gedung Fakultas Sastra Universitas Andalas ini terdiri dari beberapa gedung sebagai kantor jurusan dan juga ruang-ruang administrasi fakultas dan juga ruang-ruang perkuliahan yang terdiri dari 5 ruangan yang harus dibagi penggunaannya untuk seluruh jurusan yang ada di Fakultas Sastra (Sastra Indonesia, Sastra Daerah, Sastra Inggris, Sejarah, Sosiologi dan Antropologi). Bila dilihat secara umum, keadaan Fakultas Sastra Universitas Andalas sangat tidak memadai, wujud fisik gedung-gedung yang dipakai untuk sarana perkuliahan adalah setengah terbuat dari tembok dan setengah lagi terbuat dari papan dengan atap seng yang sudah berlubang, sehingga ada satu ruang yang tidak dipakai apabila keadaan hujan lebat.

Sebuah ruangan yang berada disudut paling belakang kompleks kampus Fakultas Sastra, dipakai untuk perpustakaan yang kondisinya sangat memprihatinkan. Apalagi bila memandang ruang untuk para staf pengajarnya yang pada dasarnya tidak ada, sehingga para staf pengajar akan datang mengajar saja dan apabila menunggu jam perkuliahan berikutnya, banyak dilakukan duduk-duduk di kedai di muka gedung Fakultas berbaur dengan para mahasiswa. Dengan kondisi demikian, maka tidak dapat disangkal lagi hubungan antara pengajar dan mahasiswa dapat dikatakan sangat dekat.

Keadaan belajar mengajar ternyata dapat dilakukan dengan baik, akan tetapi sangat tidak memadai dalam arti seorang pengajar dibebankan untuk mengajar paling sedikit empat (4) mata kuliah dalam setiap semesternya. Kondisi ini amat tidak menunjang dalam konteks kualitas pendidikan yang diberikan yang berkaitan langsung dengan kualitas dan jumlah pengajar yang ada yang rata-rata bukan berasal dari ilmu Antropologi dan juga yang masih dalam taraf sarjana (S1).

Kemudian pada tahun 1986 Dra. Dewi Hartanti ditugaskan untuk belajar di negeri Belanda untuk memperdalam ilmu Antropologi, dan kemudian pada tahun 1987 datang pengajar Antropologi Drs. Bambang Rudito dari Antropologi Universitas Indonesia. Pada tahun tersebut mulai ada lulusan Antropologi pertama di Universitas Andalas yang bernama RA.Dina Andridiana yang judul skripsinya adalah tentang “Pengaruh Pemukiman Baru terhadap Integrasi Komunitas Manusia Kasus Masyarakat Cimpungan, Kecamatan Siberut Utara”. Mahasiswa ini dibimbing skripsinya oleh Drs. Yoke van Renen dan diuji oleh Prof.Dr. Abdul Azis Saleh, Dr. Imran Manan, Drs. Yoke van Renen dan Drs. Bambang Rudito, yang kemudian pada perbaikan skripsinya dibimbing oleh Drs. Bambang Rudito.

Pada tahun 1987 pengajar Antropologi terdiri dari Dr. Imran Manan, MA,MA (Antropologi dari IKIP Padang/sekarang UNP), Drs. Yardhi (Antropologi dari Departemen Pariwisata/sekarang Kebudayaan dan Pariwisata), Hendrawati SH (Hukum), Dra. Dewi Hartanti (Antropologi/ketika itu sedang belajar ke Belanda), Drs. Surya Helmi (dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Machdalisa Masri, SH (Hukum), Dahrul Dahlan, SH (Hukum), dr. Setia Budi (Kedokteran), Dra. Sri Zulchairiah (Politik), Drs. Arundati Shinta (Psikologi), dan Drs. Bambang Rudito (Antropologi).

Sebenarnya dengan datangnya pengajar Drs. Bambang Rudito ini dapat menambah perbendaharaan pengajar yang berlatar belakang ilmu antropologi, akan tetapi ternyata sebelumnya telah berkurang dengan perginya Dra. Dewi Hartanti yang juga berlatar belakang ilmu Antropologi. Sejak berdirinya Antropologi tahun 1983, baru tahun 1985 hadir Dr. Imran Manan yang berlatar belakang ilmu Antropologi dan itupun merupakan ‘pinjaman’ dari IKIP Padang, dan juga Drs.Yardhi yang bukan sebagai dosen tetap di Antropologi. Faktual hanya Dra. Dewi Hartanti yang berlatar belakang ilmu Antropologi (tahun 1983) dan menjadi dosen tetap di Universitas Andalas yang kemudian bertambah oleh Drs. Bambang Rudito (datang tahun 1987) sampai tahun 1989, serta adanya pengajar dari negeri Belanda dua orang yang berlatar belakang Antropologi.

2. BERDIRINYA JURUSAN ANTROPOLOGI

Antropologi berkembang menjadi sebuah jurusan sendiri tidak terlepas dari peranan berdirinya fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Pada tahun 1990 Fakultas Sastra Universitas Andalas pindah dari kampus di Jati jalan Situjuh di dalam kota Padang ke kompleks kampus Universitas Andalas di Limau Manis yang pada dasarnya belumlah berfungsi sebagai sebuah kampus Universitas, dan dapat dikatakan Fakultas Sastra merupakan Fakultas pertama yang pindah ke Limau Manis. Bahkan tidak ada aktivitas universitaspun dalam hal ini fakultas-fakultas lain selain Fakultas Sastra yang berfungsi ketika itu, seperti aktivitas rektorat dan fakultas lain.

Sedangkan lembaga pendidikan lain selain dari Fakultas Sastra adalah Politeknik Universitas Andalas yang telah berdiri di kampus Limau Manis sebelum adanya Fakultas Sastra. Dengan adanya Fakultas Sastra di kampus Limau Manis, maka menambah kegairahan bagi kompleks kampus Limau Manis dan sekaligus juga memberikan makna ‘kampus’ kepada Fakultas Sastra Universitas Andalas secara fisik yang sebelumnya sangat memprihatinkan.

Dapat digambarkan bahwa untuk penyelenggaraan belajar mengajar di Fakultas Sastra di Limau Manis, selain mengusahakan berjalannya roda pendidikan baik pengajaran maupun administrasi, perlu diusahakan transportasi bagi para pengajar, karyawan dan juga mahasiswanya. Hal ini berkaitan dengan jarak antara kota Padang dengan kampus Limau Manis cukup jauh (sekitar 10 km) dan kompleks Universitas Andalas pada dasarnya berdiri sendiri dengan jarak yang cukup jauh dari permukiman penduduk.

Fakultas-fakultas lain dan juga rektorat Universitas Andalas mulai berangsur-angsur pindah untuk menempati gedung-gedung di arena kampus Limau Manis kecuali Fakultas Hukum di daerah pinggir pantai di kota Padang dan Fakultas Teknik yang berdekatan dengan IKIP Padang, serta Fakultas Kedokteran yang sampai saat ini masih tetap berada di daerah Jati dekat dengan Rumah Sakit M. Jamil.

Sejak tahun 1991 mulailah dirancang sebuah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas yang ketika itu Prof. Dr.Abdul Azis Saleh sebagai dekan dari Fakultas Sastra. Pada awalnya rancangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terdiri dari Sosiologi, Antropologi, Sejarah dan Politik. Akan tetapi karena ilmu sejarah adalah ilmu yang humaniora, maka ilmu sejarah tidak jadi dimasukkan sebagai bagian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Prof. Dr. Abdul Azis Saleh kemudian memberikan tugas kepada Drs. Emeraldi Chatra dari bidang Sosiologi, Dra. Ranny Emilia dari bidang ilmu Politik dan Drs. Bambang Rudito dari bidang Antropologi untuk merancang masing-masing calon jurusan untuk kemudian disatukan dan dibuat sebagai suatu usulan (proposal) kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk diusulkan berdiri sebagai sebuah Fakultas tersendiri.

Pada tahun 1993 disahkanlah untuk berdiri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, dan Prof. Dr. Abdul Azis Saleh ditunjuk sebagai dekan pertama untuk Fakultas baru ini sekaligus sebagai ketua jurusan Sosiologi, sedangkan ketua jurusan Antropologi dipegang oleh Prof. Dr. Imran Manan, MA. MA. Sedangkan ilmu politik menjadi sebuah program studi yang diketuai oleh Dra. Ranny Emilia, MPhil.

Setelah menjadi sebuah jurusan yang berdiri sendiri dan berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tanggal 13 Mei 1993, jurusan Antropologi mulai mengembangkan kualitas para pengajarnya dengan mengirimkan beberapa pengajar untuk meningkatkan kemapuannya di bidang Antropologi di Universitas-universitas lain untuk mengikuti pendidikan pasca sarjana. Pengembangan kualitas pengajar ini dilakukan setelah keadaan jurusan Antropologi cukup menggambarkan sebagai sebuah komuniti yang mapan.

Saat ini jurusan Antropologi mempunyai tenaga pengajar sebanyak 22 orang yang terdaftar

sebagai pengajar tetap sedangkan selebihnya adalah tenaga pengajar dari luar yang pada dasarnya ditujukan untuk mencari variasi keilmuan dengan mendatangkan pengajar dari luar.
Jurusan Antropologi berada di Lantai I Dekanat FISIP UNAND dengan berbagai fasilitas ruangan yang cukup besar dan sarana yang memadai untuk kelangsungan administrasi dan perkuliahan. Fasilitas yang ada tersebut adalah ruangan Ketua Jurusan dan Sekretaris jurusan, ruangan diskusi dan peralatan komputer sebanyak 2 buah dengan kondisi sangat baik.

Sejak berdirinya Jurusan Antropologi di FISIP, telah beberapa pergantian kepemimpinan Ketua Jurusan. Pertama kali ketua jurusan Antropologi diketuai oleh Prof. Dr. Imran Manan, MA,MA., sampai periode tahun 1999 dan pada tahun 2000, diketuai oleh Dr. Nursyirwan Effendi dengan sekretaris jurusan adalah Drs. Zulkarnain Harun, MSi. Pada tahun 2001, pergantian kepemimpinan ketua jurusan pun berlanjut dengan naiknya Drs. Zulkarnain Harun, MSi menjadi Ketua Jurusan dan juga mengangkat Dra. Ermayanti, MSi menjadi sekretaris jurusan untuk periode 2002-2005.

Visi Jurusan Antropologi FISIP Unand adalah mewujudkan, mengembangkan, dan memberdayakan jurusan antropologi sebagai indikator dan basis perkembangan ilmu Antropologi, pengkajian sosial budaya dari masyarakat di wilayah Barat Indonesia, khususnya Sumatera, pemberdayaan SDM jurusan demi mencetak staf yang handal, profesional dan berpengalaman luas dan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Disamping itu seperti diharapkan Pemerintah Daerah Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan di Sumatera Barat, terutama terhadap Suku bangsa Mentawai, yang relatif tertinggal dibandingkan dengan suku bangsa lainnya di Indonesia. Untuk memenuhi harapan tersebut, pimpinan jurusan berusaha: (1) mengarahkan penelitian dosen pada tema tertentu, tema tersebut selalu di kaji ulang setiap tiga tahun sekali, sehingga hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah. (2) menyusun kurikulum program S1 bermuatan lokal, berorientasi pada pemberian pemahaman dan analisis terhadap masalah-masalah yang mendasar di Sumatera Barat.

Sebagai sebuah jurusan tentunya Antropologi mempunyai ciri khas yang tersendiri yang berbeda dengan komuniti jurusan lainnya, dan keunikan dari ‘budaya’ Antropologi ini tergambar dari adat istiadatnya yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Layaknya sebuah komuniti, Antropologi dimanapun jurusan tersebut berada (di Universitas lain di Indonesia) selalu ada yang disebut sebagai inisiasi bagi para mahasiswa baru. Inisiasi di jurusan Antropologi ini menurut sejarahnya memang dibentuk oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat (almarhum) sendiri sebagai Antropolog Indonesia ketika beliau masih akti mengajar di Universitas Indonesia dan juga Universitas Gadjahmada.

Inisiasi pada dasarnya merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut tahapan dalam perkembangan kehidupan manusia sebagai anggota sebuah komuniti. Inisiasi pertama kali dikenalkan oleh seorang Antropolog Belanda bernama Arnold van Gennep untuk menyebutkan perpindahan dari suatu tahapan krisis hidup manusia dalam masyarakat dengan kebudayaan tertentu. Dikatakannya bahwa masa inisiasi adalah masa untuk mempersiapkan kedudukan seseorang untuk kemudian masuk ke tahap kedudukan lainnya, seperti dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dari masa dewasa ke masa keluarga, dan seterusnya.

Konsep inipun kemudian dijelaskan kembali oleh Victor Turner yang berusaha menjelaskan

tentang masa krisis dalam hidup yang selalu disertai dengan kegiatan upacara, yaitu usaha untuk mengatasi krisis dalam hidup manusia sebagai sarana untuk menyeimbangkan keadaan kosmologi yang bergoncang ketika seseorang harus pindah dalam kedudukan tertentu ke kedudukan lainnya sebagai suatu siklus. Ditambahkannya bahwa pada masa dimana seseorang menduduki masa transisi, maka orang tersebut dalam masa krisis, suatu masa dimana tidak ada struktur yang dapat mengikatnya (unstructure) masa tersebut dikatakan sebagai masa liminitas. Orang-orangnya yang ada dalam masa liminitas tersebut dikatakan sebagai komunitas (semangat kebersamaan sebagai anggota komuniti). Dalam keadaan tersebut, kondisi orang yang dalam masa tersebut dikatakan sebagai kritis dan perlu dilaksanakan upacara, suatu upacara untuk menguatkan kondisi dan sekaligus mengantarkan orang-orang yang berada dalam masa tersebut menuju ke masa berikutnya.

Istilah inisiasi ini lebih diarahkan pada suatu istilah untuk upacara memasuki suatu tahapan kehidupan yang baru. Seperti halnya sebuah komuniti, maka jurusan Antropologi sudah sejak berdirinya sebagai sebuah program studi mempunyai adat istiadat upacara inisiasi yang dikenakan kepada mahasiswa baru yang disadari sebagai anggota baru dalam komuniti Antropologi, atau dalam istilah masyarakat sekarang dalam korporasi dikenal sebagai outbound. Dalam inisiasi dikenalkan segala kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan dengan Antropologi dalam bentuk simbol-simbol kegiatan. Sering dalam pelaksanaan inisiasi, mahasiswa lama akan ‘mengerjai’ mahasiswa baru yang akan mengikuti jenjang kuliah di jurusan Antropologi. Beberapa kejadian malah terkesan ‘kasar’ dan ‘kejam’, akan tetapi pada akhir upacara akan selalu terdapat kegiatan yang menggambarkan kebersamaan dengan diawali oleh kegiatan ‘balas dendam’ oleh mahasiswa baru terhadap mahasiswa lama.

Inisiasi ini perlu dilalui sebagai anggota sebuah komuniti. Mahasiswa Antropologi, mempunyai kegiatan kemahasiswaan yang dikenal sebagai IKA (Ikatan Kekerabatan Antropologi) yang secara mendasar kegiatannya adalah mengorganisasikan mahasiswa Antropologi untuk dapat berperan dalam sebuah organisasi kemahasiswaan. IKA Universitas Andalas sendiri telah dibangun sejak Antropologi masih berupa program studi, organisasi ini mempunyai jaringan dengan organisasi-organisasi mahasiswa Antropologi dari seluruh Universitas di Indonesia, seperti JKAI (Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia). Disamping organisasi alumni Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand, alumni Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand juga telah memiliki organisasi yang dibentuk pada tanggal 21 Januari 1983 dengan nama Ikatan Keluarga Antropologi (IKA) Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand, IKA di samping mewadahi mahasiswa yang masih aktif juga mewadahi para alumni yang tergabung menjadi satu ikatan. Tujuan organisasi ini adalah untuk menjembatani atau wahana berkomunikasi para mahasiswa antropologi yang aktif dengan para alumninya. Untuk mempermudah pelacakan para alumni maka para lulusan diberikan daftar isian sewaktu akan diwisuda. Kesulitan dalam memperoleh pekerjaan bagi para lulusan adalah disebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang disebabkan pertumbuhan ekonomi secara nasional belum membaik sehingga lapangan kerja hampir tidak terjadi pertumbuhan.

Dalam sejarah kemahasiswaan jurusan Antropologi Universitas Andalas, telah dua kali menempatkan mahasiswanya sebagai wakil dari pulau Sumatera untuk urusan lomba penulisan ilmiah untuk tingkat nasional. Lomba tersebut melalui penyaringan-penyaringan yang ketat dari tingkat antar propinsi se Sumatera sampai pada tingkat nasional. Walaupun belum mendapatkan titel sebagai juara pertama, akan tetapi cukup memberikan makna bahwa Antropologi telah menemukan bentuknya sebagai sebuah perjalanan ilmu yang dibawa oleh para mahasiswanya sebagai produk dari sistem pendidikan di Antropologi.

Begitu halnya dengan para pengajarnya yang selain bertugas mengajar di jurusan Antropologi, mereka juga melakukan penelitian-penelitian yang bersifat mengembangkan keilmuan Antropologi sebagai salah satu sumbangan dalam interdisipliner, seperti mengerjakan kegiatan program pembangunan beberapa proyek Analisa Dampak Lingkungan dan pengembangan-pengembangan masyarakat sekitarnya (dalam propinsi Sumatera Barat). Sebagai layaknya pengajar di perguruan tinggi nasional, pengajar di jurusan Antropologi juga mengajar di berbagai universitas swasta di dalam propinsi Sumatera Barat dan bahkan juga sejak tahun 2003 terdapat seorang pengajar jurusan Antropologi Universitas Andalas (Bambang Rudito) juga mengajar di Universitas Negeri di Jawa seperti di jurusan Antropologi Universitas Indonesia untuk program S1, S2 dan S3, dan sejak tahun 2005 mengajar di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung untuk program S1 dan S2.

Pengembangan budaya Antropologi dalam jurusan Antropologi memang senantiasa dilakukan. Hal ini berkaitan dengan Antropologi adalah sebagai sebuah komuniti dengan jatidirinya yang unik dan spesifik. Pewarisan budaya Antropologi sebagai sebuah Antropologi secara tidak sadar terlakukan dengan baik dan berlanjut dari generasi ke generasi.

Sebagai sebuah komuniti, jurusan Antropologi secara tidak langsung melakukan sebuah apresiasi budaya jurusan Antropologi sebagai sebuah Antropologi dan berusaha untuk mengevaluasi pedoman yang dijadikan acuan bagi interaksi para anggota komuniti tersebut. apresiasi terhadap budaya Antropologi dilakukan antara lain melalui:

A. Pengembangan strategi, strategi disini yang dimaksudkan adalah suatu proses dalam rangka mewujudkan etika dalam nilai budaya jurusan Antropologi kedalam wujud nyata sebagai tindakan. Sehingga terdapat kesesuaian antara tindakan yang terwujud dalam interaksi sosial dengan pandangan hidup, nilai, norma, pengetahuan, aturan, etika yang terangkum dalam kebudayaan yang dijadikan acuan oleh anggota komuniti yang bersangkutan.
Dalam pengembangan strategi ini yang diperhatikan dalam komuniti adalah:
1. Golongan anggota komuniti yang masih mengenal, memahami dan melaksanakan nilai-nilai jurusan Antropologi. Dalam konteks ini, komuniti pada dasarnya terbagi dalam dua bagian besar yaitu para pensiunan dan pegawai yang masih berkarya yang mengacu pada bentuk-bentuk lingkungan yang mempengaruhinya. Sehingga dengan demikian, anggota komuniti ini akan menjadi suatu obyek serta subyek yang menjadi dasar bagi pemahaman nilai-nilai budaya yang ada.
2. Dukungan dalam mewujudkan nilai-nilai yang telah diterima oleh anggota komuniti yang aktif. Disini, dukungan yang dimaksud adalah adanya sarana, baik sosial maupun fisik dimana perwujudan dari nilai-nilai budaya tersebut dapat diinternalisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku
3. Keterlibatan seluruh anggota komuniti (pengajar dan mahasiswa) dalam penanaman nilai-nilai. Disini yang dimaksud adalah individu-individu yang terikat dengan status dan peran yang ada dalam jurusan Antropologi keterkaitannya dengan pranata sosial apa yang dapat dijadikan sarana dalam menginternalisasi nilai budaya.
4. Anggota komuniti jurusan Antropologi yang mudah menerima pembaharuan. Dalam hal ini anggota komuniti yang terbagi pada usia dan kedudukan (pengajar dan mahasiswa yang terbagi dalam tingkatan mulai belajar) yang berlaku dalam pranata sosial yang berlaku di korporasi, siapa-siapa saja dalam hal ini status dan peran dan dalam status apa anggota komuniti dapat menerima internalisasi nilai budaya yang berlaku di korporasi.
B. Pengembangan metodologi dan instrumen, metodologi dan instrumen terkait dengan perangkat yang dipakai serta urutan tindakan yang dilakukan dalam rangka proses perwujudan tindakan budaya berdasarkan nilai budaya yang dianut oleh jurusan Antropologi. Cara-cara yang ditempuh oleh anggota komuniti jurusan Antropologi dalam menerapkan nilai budaya pada tindakan individunya akan berbeda antara satu jurusan Antropologi dengan lainnya dan ini tergantung pada pranata yang dipunyai oleh kebudayaan jurusan Antropologi yang bersangkutan.

Dalam pengembangan metodologi dan instrumen cara yang dilakukan dalam melihat komuniti Antropologi adalah:
1. Cara mengaplikasikan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Disini yang dimaksud adalah apa dan bagaimana cara yang dilakukan oleh anggota komuniti jurusan Antropologi yang bersangkutan dalam mengaplikasikan nilai-nilai budaya yang ada serta dimana diaplikasikan nilai budaya tersebut dalam bentuk tindakan nyata.
2. Peran tokoh dalam komuniti jurusan Antropologi (biasanya seseorang yang dianggap tahu tentang jurusan Antropologi yang bersangkutan dan ini bisa para pensiunan atau juga para pendiri) dalam melestarikan nilai-nilai budaya setempat. Artinya bahwa, siapa yang bertanggung jawab terhadap berjalannya tingkah laku anggota komuniti (pengajar, mahasiswa) sebagai anggota komuniti jurusan Antropologi dalam mengawasi penyimpangan dan pembenaran dari tingkah laku yang ada terhadap nilai budaya yang menjadi pandangan hidup serta keyakinan yang ada.
3. Instrumen yang digunakan untuk melestarikan nilai-nilai budaya jurusan Antropologi setempat. Dalam hal ini yang dimaksud dengan instrumen adalah, pranata apa saja yang bisa dipakai dalam mengelola nilai budaya agar dapat selalu adaptif menanggapi lingkungan yang selalu berubah dan bagaimana cara pranata tersebut mengelolanya yang berupa aturan yang disepakati.
C. Pengembangan Teknik Dan Prosedur
Teknik dan prosedur disini dimaksudkan adalah suatu cara dan urutan tindakan apa saja yang dilakukan dalam mewujudkan nilai budaya untuk menjadi tindakan yang sesuai dengan kebudayaan yang dianut oleh komuniti jurusan Antropologi. Teknik dan prosedur ini menyangkut masalah tindakan manusia yang terikat pada pengetahuan budaya yang dimilikinya.

Pengembangan teknik dan prosedur pada dasarnya merupakan suatu kerangka yang siap dipakai guna melaksanakan aktifitas suatu kegiatan. Cara-cara mendapatkan dan memperoleh data tentang kebudayaan, khususnya yang berkenaan dengan pengetahuan budaya.
Cara-cara yang bisa dipakai menganalisa dan memonitor serta mengevaluasi penerapan suatu program dalam aktifitas kegiatan. Teknik yang bisa dipakai dalam menjaring data mengenai kebudayaan harus menggunakan teknik yang menyeluruh dan holistik yang berakar dari keadaan komuniti atau emic. Dengan prosedur yang telah ada dalam studi-studi kualitatif.
Yang diperhatikan dalam usaha pengembangan teknik dan prosedur disini adalah:
Kiat yang Diupayakan untuk Mendukung Pelestarian Nilai Budaya. Yang dimaksud disini adalah usaha atau model pendekatan yang dilakukan oleh komuniti melalui suatu pranata sosialnya dalam mengelola nilai budaya yang sudah ada dan menjaga kemurnian dari nilai budaya yang bersangkutan, termasuk juga sanksi-sanksi yang diberikan apabila melanggar aturan yang ada dalam pranata sosial yang bersangkutan.

Teknik Penyampaian Nilai Budaya kepada anggota baru komuniti. Disini yang dimaksudkan adalah bagaimana cara penyampaian nilai budaya, melalui pranata apa saja serta teknik apa saja agar anggota baru dapat mengerti akan nilai budayanya sendiri.
Cara Meneruskan Budaya Pada anggota komuniti yang baru. Ini menyangkut suatu teknik tertentu yang biasanya dipakai oleh anggota komuniti dalam memberikan internalisasi budaya kepada anggota baru berikutnya. Ini bisa menyangkut masalah pranata sosial yang berlaku dan bisa juga menyangkut tokoh-tokoh atau peran yang bisa dipakai dalam meneruskan proses internalisasi nilai budaya kepada generasi baru atau mahasiswa dan pengajar baru.
D. Sosialisasi Dan Pembelajaran
Sosialisasi disini adalah suatu proses untuk belajar berperan bagi individu dalam suatu komuniti jurusan Antropologi dengan kebudayaan tertentu, dan ini menyangkut beberapa sarana yang dipakai sebagai sosialisasi yang terdiri dari: para pendiri dan pensiunan; teman sekerja satu bidang pekerjaan; pendidikan atau pelatihan; jurnal atau media yang diterbitkan dan komuniti jurusan Antropologi itu sendiri.
Sehingga dengan demikian sosialisasi dan pembelajaran dalam hal ini sangat berbeda dengan proses lainnya yang telah disebut di atas. Untuk melihat sosialisasi yang dilakukan oleh suatu komuniti jurusan Antropologi dalam mengapresiasikan budayanya akan melalui beberapa cara yang terdiri dari:
Usaha Sosialisasi dan Pembelajaran Nilai Budaya pada anggota baru. Yang dimaksud dengan usaha sosialisasi dan pembelajaran disini adalah apa saja usaha-usaha yang dilakukan berkenaan dengan proses belajar berperannya anggota komuniti jurusan Antropologi, seperti bagaimana seseorang dapat mengajarkan nilai-nilai budaya yang ada dan melalui sarana apa saja yang bisa dipakai dalam usaha tersebut.
Pemahaman dan Penghargaan Terhadap Usaha Sosialisasi. Yang dimaksud disini adalah bagaimana memelihara pranata sosial yang telah dapat berperan dalam menginternalisasikan nilai-nilai budaya yang ada, dan bagaimana usaha komuniti jurusan Antropologi yang bersangkutan terhadap pranata sosial yang ada tersebut yang dapat dipakai sebagai sarana sosialisasi.

Sistem Pewarisan Nilai Budaya. Dalam hal ini adalah segala proses dan aturan serta fungsi dalam sebuah perangkat untuk dapat menjadi wahana sosialisasi nilai budaya kepada anggota komuniti korporasi berikutnya. Elemen-elemen apa saja yang harus ada dalam pranata sosial yang dipakai sebagai tempat atau wahana dalam pewarisan nilai budaya.
Arena Sosialisasi Nilai Budaya. Yang dimaksud disini adalah arena sosial apa saja yang dapat dipakai dalam proses belajar berperan oleh anggota komuniti korporasi dalam mewujudkan nilai-nilai budaya yang berlaku, dan dalam pranata sosial apa saja arena sosial tersebut dapat terwujud. Ini terikat dengan tempat serta waktu dari bentukkan arena sosial yang ada.
Peran Media Massa dalam Proses Sosialisasi. Bagaimana peran dari jurnal dan media dari jurusan Antropologi yang bersangkutan dalam menyebarkan nilai-nilai budaya yang berlaku, disini yang dimaksud adalah segala macam wahana yang berkenaan dengan penyebaran nilai budaya.

Kesemua proses pembudayaan atau apresiasi budaya dalam jurusan Antropologi pada dasarnya dilaksanakan oleh lembaga yang ada dan dibangun di jurusan Antropologi, lembaga tersebut dikenal sebagai Laboratorium Antropologi.

1 komentar:

CahayaCahaya mengatakan...

Para Antropolog, coba deh teliti kenapa orang Indonesia doyan korupsi, manipulasi, suap dan ambil jalan pintas ?