Padang Kompas - Sekitar 60 persen nelayan di Bungus, Kota Padang, adalah nelayan buruh. Kesejahteraan mereka masih sangat minim karena hasil tangkapannya harus dibagi dan dijual ke pengumpul atau nelayan pemilik kapal.
Antropolog maritim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Lucky Zamzami, Kamis (8/11), mengatakan, hasil penelitiannya tahun 2007 di Bungus mencerminkan kondisi nelayan di sepanjang pantai barat Sumatera Barat.
Bungus terletak di selatan Kota Padang. Daerah ini termasuk salah satu sentra nelayan dan perikanan. Namun, dari 750 nelayan yang dijadikan sampel dalam penelitiannya itu, sejumlah 450 di antaranya adalah nelayan buruh.
"Nelayan buruh ini mempunyai perahu sendiri, tetapi perahu itu masih tradisional. Biasanya mereka bekerja di kapal nelayan pemilik. Ukuran kapal lebih besar dan dibutuhkan beberapa tenaga nelayan buruh untuk bekerja di situ," ucap Lucky.
Dia menambahkan, ikan yang diperoleh kemudian dijual kepada pedagang atau tauke. Tauke akan menyortir ikan yang akan diambil. Ikan yang tidak laku dipasarkan biasanya dikembalikan ke nelayan buruh ini.
Uang dari penjualan ikan lalu dipotong dengan biaya operasional penangkapan ikan, yang biasanya dipinjami tauke. Setelah itu, hasil yang diperoleh dibagi dua antara pemilik dan buruh. Bagian untuk buruh dibagi rata untuk semua nelayan yang ikut.
"Dari hasil 1-10 juta dari ikan yang diperoleh, nelayan buruh hanya mendapatkan Rp 30.000- 50.000. Ini yang membuat nelayan buruh sulit mengubah nasib. Belum lagi bila cuaca buruk sehingga mereka tidak bisa melaut," katanya.
Oleh karena itu, menurut Lucky, mendesak untuk memberikan pekerjaan sampingan kepada nelayan buruh. Alternatif pekerjaan antara lain tambak udang. Sayangnya, nelayan buruh tidak diberi pelatihan untuk mengurus tambak udang itu. Akibatnya, tambak udang tidak berhasil.
Selasa, 29 Januari 2008
Sebagian Besar Nelayan Bungus Hanyalah Buruh
di 15.31 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
Depdiknas Tawarkan Beasiswa bagi 2.500 Dosen
Sumber:
www.dikti.go.id
Program beasiswa itu disosialisasikan Dirjen Dikti Depdiknas, Fasli Jalal, melalui teleconference "Coffee Morning with DGHE Perdana 2008" di 48 PT se-Indonesia, diantaranya di Rektorat ITS Surabaya, Selasa.
Acara yang dihadiri para pimpinan perguruan tinggi, dekan, dan dosen yang berminat itu, merupakan kali ketiga yang dilakukan Dirjen Dikti Depdiknas dengan PTN/PTS se-Indonesia, setelah sebelumnya "teleconference" peluncuran Program BERMUTU untuk peningkatan kualitas guru.
di 15.24 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Jumat, 18 Januari 2008
Info Beasiswa S2 dan S3 Luar Negeri dari DIKTI
Merujuk surat kami Nomor : 707/D/T/2007, tanggal 26 Maret 2007, dan Nomor : 1357/D4.4/2007, tanggal 13 Juni 2007 tentang beasiswa untuk studi ke luar negeri, bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut :
di 10.29 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 0 komentar
Selasa, 08 Januari 2008
Studi Lanjut Dosen Antropologi
di 12.29 Diposting oleh JURUSAN ANTROPOLOGI 1 komentar
Minggu, 06 Januari 2008
ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?
ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH
lulusan Antropologi?
ANTROPOLOG, KAH lulusan
Antropologi?
ANTROPOLOG
, KAH
lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan
AntropologANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?ANTROPOLOG, KAH lulusan Antropologi?
di 15.57 Diposting oleh moneng 0 komentar